Indonesian Palm Oil News (IPO News) – Industri sawit dalam negeri telah memberikan kontribusi yang besar bagi Indonesia dengan produk hilir sawit yang terus meningkat jumlahnya. Menurut pengamatan Indonesian Palm Oil News (IPO) News, semakin banyaknya produk hilir sawit ini, akibat gencarnya perusahaan dalam negeri yang telah menyiapkan investasi besar untuk memproduksi berbagai produk hilir sawit, untuk memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor.
Data yang dimiliki IPO NEWS, terdapat beberapa perusahaan sawit yang terus menambah jumlah produk hilirnya, seperti Musim Mas Group beserta anak usahanya, Cargill Group, Sinar Mas Group, Wilmar Group, PTPN Group dan masih banyak yang lain.
Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia yang telah disandang Indonesia sejak tahun 2007 lalu hingga tahun 2025. Berdasarkan data yang diperoleh IPO NEWS dari GAPKI, pada tahun 2023 produksi minyak sawit Indonesia mencapai 54,84 juta ton yang terdiri dari 50,07 juta ton CPO dan 4,77 juta ton CPKO, Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengungkapkan, hingga tahun 2023 hilirisasi sawit lewat berbagai teknologi terkini, telah menghasilkan 179 produk turunan sawit, bahkan ditaksir hingga tahun 2025 jumlahnya sudah mencapai 185 produk turunan.
Menurut Ketua Umum DMSI Sahat Sinaga, hilirisasi masih sangat terbuka luas untuk dikembangkan agar meningkatkan keuntungan (revenue) sawit di Indonesia. Ia mengakui, hilirisasi industri sawit Indonesia masih kalah oleh Malaysia yang telah mempunyai sekitar 260 produk turunan sawit yang salah satunya adalah tokotrienol yang merupakan senyawa dari kelompok vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan dan menyehatkan tubuh. Padahal, lanjut Sahat, Malaysia hanya mempunyai lima juta hektare lahan perkebunan sawit, yang notabene berada jauh di bawah Indonesia yang memiliki sekitar 16,8 juta hektare.
“Malaysia bisa menghasilkan tokotrienol dari sawit. Tokotrienol itu 1 kg harganya 800 dolar AS,” ucap dia. Sahat mendorong para pemangku kepentingan khususnya para peneliti kerja lebih keras lagi untuk menemukan formula turunan dari sawit.
Selama ini ada kesalahpahaman soal sawit yang diperuntukkan untuk minyak goreng, padahal saat sawit dijadikan minyak goreng, otomatis kandungan vitaminnya akan hilang karena suhu panas. Padahal, sawit mengandung kadar betacarotene serta tokoferol dan tocotrienol yang relatif tinggi. Betacarotene merupakan sumber vitamin A dan antioksidan sedangkan tokoferol dan tocotrienol yang merupakan salah satu golongan vitamin E yang berasal dari tumbuhan yang juga dapat berperan sebagai antioksidan.
Sawit menghasilkan vitamin A yang 15 kali dari wortel dan vitamin E yang 20 kali dari minyak zaitun. Minyak zaitun hanya mengandung vitamin E sebesar 51 ppm, sementara kandungan vitamin E minyak sawit jauh lebih tinggi yakni 1172 ppm. Padahal, harga minyak zaitun jauh lebih mahal dibanding sawit,” ucap Sahat.
Lebih lanjut Sahat menegaskan, yang tidak banyak diketahui soal sawit, yakni komoditas ini merupakan satu-satunya jenis minyak nabati yang mirip dengan kandungan air susu ibu, dengan C18, Octadecenoic Acids yang mencapai 36,3 persen.
Untuk berlangganan atau informasi lebih lanjut, hubungi: Marketing atau Email
Butuh Buku Riset? Silahkan kunjugi CDMI Consulting