Indonesian Palm Oil News (IPO News) – Indonesia merupakan salah satu negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, sekaligus sebagai pemasok crude palm oil (CPO) terbesar untuk kebutuhan dunia. Namun sebagai konsekuensinya, Indonesia juga menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan limbah produksi CPO tersebut. Seperti diketahui saat ini pemerintah tengah giat menggalakkan upaya meniadakan emisi karbon pada berbagai sektor industri (Net Zero Emission), termasuk pada industri sawit nasional.
Komoditas kelapa sawit saat ini dinilai sebagai hasil perkebunan yang paling siap mendukung pencapaian Net Zero Emission tersebut. Menurut Direktur Industri Hasil Laut dan Perkebunan, Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Setiadi Diarta, program Sawit Indonesia Emas 2045 telah diarahkan untuk meniadakan emisi karbon pada industri sawit nasional. Kemenperin saat ini tengah menyusun peta jalan (roadmap) Sawit Indonesia Emas 2045 tersebut.
Lebih lanjut Setiadi menjelaskan saat ini pengembangan sektor industri yang berkelanjutan (sustainable) dan mampu tertelusur, merupakan prasyarat penerimaan produk hilir kelapa sawit di pasar global. Hal ini diungkapkan Setiadi Diarta dalam keterangannya kepada pers pada tanggal 18 – 19 Juli 2024 di Bandung.
Menurut Setiadi nilai ekonomi industri kelapa sawit hulu – hilir nasional saat ini mencapai lebih dari Rp 750 triliun per tahun, atau setara dengan 3,5 persen PDB (Produk Domestik Bruto) Nasional tahun 2023 yang mencapai Rp 20.892 triliun. Diharapkan pada tahun 2045 dapat tercapai postur industri kelapa sawit nasional dari hulu hingga hilir yang berkelanjutan dan sejalan dengan ultimate goals pertumbuhan sektor industri yang mandiri, berdaulat, maju, berkeadilan, dan inklusif.
Dalam acara yang sama, Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) Tatang Hernas Soerawidjaja menyatakan bahwa produksi CPO nasional yang saat ini dipraktekkan oleh pabrik-pabrik kelapa sawit (PKS) masih banyak yang menggunakan teknologi berumur lebih dari 100 tahun, sehingga boros penggunaan air dan boros sumber energi. Saat ini yang perlu dikembangkan adalah teknologi produksi CPO yang kian hemat air dan hemat energi, yaitu meminimalkan volume limbah cair yang harus diolah maupun penggunaan biomassa non-minyak yang terkandung di dalam tandan buah segar kelapa sawit.
Perlu Kembangkan Teknologi Pengolahan Limbah Padat Dari CPO
Sementara itu dalam acara Indonesia Palm Oil Research and Innovation Conference and Expo (IPORICE) di Jakarta tanggal 13/08/2024, Kepala Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler (PR EPS) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Umi Karomah Yaumidin, terkait penanganan limbah produksi CPO di Indonesia selama ini masih terfokus pada pengolahan limbah cair, belum banyak terlihat bagaimana memanfaatkan limbah padatnya.
Dalam pengolahan limbah kelapa sawit yang menghasilkan limbah cair Palm Oil Mill Effluent (POME), diketahui dapat dimanfaatkan sebagai bahan bio energi, pupuk organik, dan lain-lain. Menurut Umi Karomah, belum berkembangnya pengolahan lomnbah padat dari produksi CPO di Indonesia ini kemungkinan karena teknologinya baru diketemukan. Ini menurutnya menjadi tugas untuk BRIN, khususnya pusat risetnya untuk memanfaatkan limbah padat dari kelapa sawit yang sebenarnya juga sangat menjanjikan.
Menurut pembicara lain dalam acara IPORICE tersebut yaitu Mira Rivai yang merupakan peneliti dari IPB, pengolahan limbah padat dari produksi minyak kelapa sawit (CPO) dapat menghasilkan beragam limbah yang bermanfaat. Di antaranya yang dapat dimanfaatkan dari tanaman sawit, seperti pelepah, batang, tandan buah segar, dan cangkangnya. Setiap tahun potensi limbah padat dari produksi CPO tersebut semakin meningkat, sehingga diperlukan sekali untuk mengembangkan teknologi pengolahannya.
Untuk berlangganan atau informasi lebih lanjut, hubungi: Marketing atau Email
Butuh Buku Riset? Silahkan kunjugi CDMI Consulting