Industri Kelapa Sawit Indonesia Hadapi Sejumlah Tantangan Pada Tahun 2025

Industri Kelapa Sawit

Indonesian Palm Oil News (IPO News) – Dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2025-2029 yang berlangsung pada akhir Desember 2024, Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya swa-sembada pangan dan energi sebagai pilar kedaulatan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengembangan industri kelapa sawit, mengingat permintaan global terhadap komoditas ini masih tinggi.

Komoditas kelapa sawit masih menjadi salah satu motor penggerak utama ekspor non migas Indonesia. Berdasarkan data BPS dalam tiga tahun terakhir (2022-2024), sebesar 78,83% nilai ekspor pertanian Indonesia berasal dari komoditi kelapa sawit. Sementara itu jika dilihat dari ekspor non migas Indonesia secara keseluruhan, berdasarkan data Kementerian Perdagangan hingga September 2024 dari total nilai ekspor non-migas Indonesia yang sebesar US$ 181,14 miliar, sekitar US$ 14,43 miliar atau 10,18% berasal dari minyak nabati yang didomi-nasi oleh produk turunan minyak sawit.

Kendati demikian sebagai komoditi strategis nasional, pada tahun 2025 Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam meningkatkan produksi kelapa sawit guna mendukung penerimaan dan devisa negara. Pemerintah diharapkan mempercepat peremajaan perkebunan sawit dan hilirisasi guna meningkatkan produktivitas.

Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono dalam keterangannya kepada pers akhir Desember 2024, selama lima tahun terakhir produksi sawit Indonesia cenderung stagnan, dan trend ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun 2025. Salah satu penyebabnya adalah lambatnya program peremajaan tanaman sawit rakyat, meskipun luas lahan sawit yang tersedia cukup besar.

Berdasarkan data BPS, luas lahan perkebunan sawit Indonesia pada tahun 2023 mencapai sekitar 15,93 juta hektare, naik dari 14,33 juta hektar dari lima tahun sebelumnya (2018). Namun pertumbuhan produksinya ternyata tidak sebanding dengan luas lahan akibat rendahnya produktivitas tanaman tua yang belum diremajakan. Pada 2023 produksi sawit Indonesia tercatat sebesar 47,08 juta ton, naik dari 30,5 juta ton pada tahun 2022. Namun pada tahun 2024 produksi sawit Indonesia diperkirakan GAPKI turun cukup tajam hingga hanya mencapai sekitar 34,7 juta ton.

Hambatan dalam peremajaan sawit rakyat menurut GAPKI antara lain disebabkan tumpang tindihnya lahan dengan kawasan hutan, sehingga petani kesulitan mengakses dana hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Padahal jika peremajaan berjalan lancar, produktivitas dapat meningkat signifikan dan berdampak positif terhadap penerimaan negara serta devisa ekspor.

Karena itu Pemerintah dinilai perlu mempercepat program peremajaan sawit, yang dinilai masih lamban dalam beberapa tahun terakhir. Jika upaya pere-majaan ini dilakukan secara optimal, produktivitas sawit nasional bisa diprediksi dapat meningkat hingga 20% pada 2029 mendatang.

 

Untuk berlangganan atau informasi lebih lanjut, hubungi: Marketing atau Email 

Butuh Buku Riset? Silahkan kunjugi CDMI Consulting

Share Link:

Baca Juga

English Version

Company Report

Search

Informasi

Jaringan Media

Ikuti Kami

Copyright @ 2024 IPO News. All right reserved

Silahkan Akses melalui Perangkat Mobile, PC atau Laptop