Cangkang kelapa sawit menyimpan nilai ekonomis tinggi untuk dijadikan sumber bahan bakar. Dahulu cangkang sawit hanya dianggap sebagai sampah atau limbah yang tidak dapat dimanfaatkan dan hanya dipakai oleh pabrik kelapa sawit sebagai pengeras jalan. Namun lambat laun cangkang sawit ternyata bisa dipergunakan sebagai energy alternatif untuk menjadi bioenergi. Bersama batubara, cangkang sawit merupakan pilihan alternatif bahan bakar yang sangat prospektif dengan harga yang sangat kompetitif untuk memenuhi kebutuhan energi industri semen, boiler pabrik, pulp, tekstil, metalurgi dan industri lain yang terus meningkat seiring membaiknya perekonomian nasional.
Jika dibandingkan dengan batubara, cangkang sawit lebih ramah lingkungan, lebih efisien dan dapat diperbaharui sehingga ketersediaan barang dalam jangka waktu lama lebih terjamin. Dengan kalori berkisar antara 4000-4300, industri semen, pulp, tekstil, pengecoran besi, makanan, kimia, karet ban dan industri lain akan menjadi pangsa pasar yang signifikan.
Indonesia adalah salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia. Penyebaran sawit hampir di seluruh penjuru tanah air. Perkembangan sawit yang pesat dengan sendirinya berdampak juga pada perkembangan cangkang sawit. Semakin banyak pengolahan sawit, maka semakin banyak pula cangkang sawit yang dihasilkan.
Saat ini lantaran diapresiasi bagus di pasar luar negeri, cangkang sawit yang sebelumnya adalah limbah dari pabrik kelapa sawit (PKS) kini berubah menjadi salah satu komoditi ekspor. Negara-negara yang sudah sangat peduli dengan isu energi terbarukan, seperti Eropa menjadi pasar potensial bagi ekspor cangkang kelapa sawit.